About Me

Translate

Popular Posts

Welcome to the world of mystery. I hereby telling you to enjoy wasting your time here.

Dinamika Litosfer


Permukaan bumi itu memiliki bentuk yang bervariasi, ada bukit, gunung, lembah, lautan, danau, dan dataran. Perbedaan bentuk tersebut dinamakan relief.

1. Struktur lapisan kulit bumi

Litosfer adalah lapisan kulit bumi yang paling atas. Lapisan ini pada umumnya terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan SiO2. Itulah sebabnya lapisan litosfer seringkali dinamakan lapisan silikat. Lapisan ini memiliki ketebalan sampai 70 km.

Menurut Klarke dan Washington, batuan di permukaan bumi hampir 75% terdiri atas Silikon Oksida dan Aluminium oksida. Dengan demikian, lapisan litosfer dinamakan juga lapisan batuan.

Batuan merupakan bahan utama pembentuk kulit bumi. Induk segala batuan ialah magma. Magma adalah batuan cair pijar yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas. Kulit bumi atau litosfer tersusun oleh sekitar 90 jenis unsur kimia yang satu dengan lainnya membentuk persenyawaan yang disebut mineral.

Lapisan-lapisan bumi
Keterangan: 
Crust = Kerak Bumi (30 km) terdapat dibagian Litosfer (0-70 km)
Astenosfer (70-250 km)
Upper Mantle = Mantel atas (35-400 km )
Transition Zone = Zona transisi (setengah padat, setengah cair) (400-700 km) 
Lower Mantle = Mantel bawah (700-2900 km )
Outer Core = Inti (bumi) luar = Inti besi cair (2900-5100 km)
Inner Core = Inti (bumi) dalam = Inti besi padat (5100-6900 km)

Litosfer juga terdiri atas dua bagian, yaitu lapisan Sial dan lapisan Sima. Lapisan Sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamorf, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan Sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt.

Siklus/daur batuan pembentuk kulit bumi:

a. Daur batuan

Karena daerah sekitar magma itu dingin, maka magma itu juga mendingin. Tempat pembekuan itu, mungkin di permukaan bumi, mungkin pula di lapisan litosfer yang tidak begitu dalam, atau di dalam dapur magma bersama-sama dengan proses pembekuan magma seluruhnya. Batuan yang berasal dari magma akan berbeda-beda dan semuanya dinamakan batuan beku.

Karena pengaruh atmosfer, maka batuan beku di permukaan bumi itu akan rusak, hancur, dan kemudian terbawa oleh aliran air, hembusan angin, atau gletser. Tidak jarang pula pada waktu hujan lebat, batuan yang hancur itu meluncur pada lereng yang curam karena gravitasi dan akhirnya batuan yang telah diangkut itu akan diendapkan di tempat baru. Akibatnya terbentuklah batuan endapan yang tertimbun di dataran rendah, sungai, danau, atau di laut.

Batuan beku dan batuan endapan mencapai suatu tempat yang berdekatan dengan magma sebagai akibat tenaga endogen. Karena persinggungan dengan magma itu, maka batuan sedimen dan batuan beku dapat berubah bentuknya dan lazim dinamakan batuan malihan (metamorf). Batuan malihan dapat juga terbentuk akibat tekanan yang berlaku pada batuan sedimen.

b. Klasifikasi batuan

Materi bumi terdiri atas benda padat, cair, dan gas. Pembahasan utama pada unsur materi bumi adalah terletak pada batuan sebagai unsur penyusun terbesar dari bumi. Secara umum komposisi batuan di permukaan bumi didasarkan atas jenis batuannya. Jenis batuan yang mendominasi permukaan bumi, adalah batuan sedimen yang menutupi hampir 66% permukaan bumi, sedangkan 34% berupa batuan ekstursi (8%), batuan intrusi (9%), dan batuan metamorf (17%).

Batuan sedimen banyak dijumpai di daratan Eropa. Hal ini dapat dipahami karena hampir semua daratan Eropa, terutama bagian daratan Timur jarang dijumpai adanya gunungapi, sehingga batuan ekstrusi dan intrusi jarang dijumpai. Dengan kata lain, batuan sedimen banyak dijumpai pada daerah-daerah yang sudah berumur tua.

Bahan yang dijumpai adalah bahan yang sudah mengalami pelapukan lebih lanjut. Sedangkan batuan ekstrusi dan instrusi banyak dijumpai di daratan Asia, sebab kawasan Asia terutama Indonesia, Jepang, Filipina, dan Italia merupakan negara di daratan Asia yang berpotensi gunungapi. Batuan ekstrusi dan intrusi akan dijumpai hanya pada kawasan-kawasan yang ada aktivitas vulkaniknya dan masih aktif.

Berdasarkan proses terjadinya, batuan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Batuan beku (Igneous rock)

Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin Inis yang artinya api (fire). Batuan beku adalah batuan hasil pembentukan cairan magma, baik di dalam maupun di atas permukaan bumi, sehingga tekstur yang terbentuk sangat tergantung pada kondisi pembekuannya.

Magma panas yang bergerak dari dalam bumi ke permukaan, makin lama makin dingin dan akhirnya membeku. Batuan beku yang tidak mencapai permukaan bumi disebut batuan beku dalam atau batuan intrusi atau batuan plutonis. Proses pembekuan batuan plutonis berlangsung lambat, sehingga menghasilkan bentuk kristal-krital besar yang sering disebut pula tekstur phaneritis.

Sementara itu, ada pula pembentukan batuan setelah mencapai permukaan bumi, yang disebut batuan beku luar (batuan ekstrusi atau batuan vulkanis).

Batuan ini cepat sekali membeku, sehingga jenis kristalnya besar, bersifat halus, dan sulit dilihat dengan mata. Batuan dengan mineral halus disebut tekstur aphanitis.

Dengan demikian, batuan beku dibedakan atas:

a) batuan beku dalam atau plutonik

b) batuan beku korok atau porfirik

c) batuan beku luar (lelehan atau epusif).

Batuan plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada jauh di dalam bumi (15 - 50 km). Karena letak pembentukannya dekat dengan astenosfer, maka pendinginan batuannya pun berjalan sangat lambat. Akibatnya, bentuk batuan yang dihasilkannya besar-besar dan memiliki kristal-kristal sempurna dengan bentuk tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal sempurna).

Beberapa sifat atau ciri-ciri batuan plutonik adalah sebagai berikut:

a) Umumnya berbutir lebih kasar dibandingkan batuan ekstrusi.
b) Jarang memperlihatkan struktur visikular (mengandung lubang-lubang benda gas).
c) Batuan dapat merubah batuan yang berbatasan pada semua sisinya.

Berdasarkan ukurannya (diameter), batuan plutonik dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu plutonik tabular dan plutonik masif.

Batuan beku plutonik tabular berukuran relatif kecil dan letaknya agak dekat ke permukaan bumi. Ada dua macam batuan beku plutonik, yaitu Sill dan Dike. Sill merupakan batuan plutonik tabular yang jika dilihat dari posisinya bersifat concordant selaras dengan lapisan batuan sekitarnya. Letaknya bisa mendatar, miring atau tegak sesuai arah lapisan. Sedangkan Dike merupakan batuan plutonik tabular yang jika dilihat dari posisinya bersifat discordant atau memotong lapisan batuan sekitarnya. Hal ini terjadi karena dorongan magma ketika memasuki lapisan batuan itu cukup kuat, sehingga batuan sulit sekali untuk dihancurkan.

Batuan beku yang berupa plutonik masif berukuran lebih besar daripada plutonik tabular dan letaknya agak dalam. Plutonik masif terbagi atas lakolit dan batolit. Berdasarkan posisinya selalu concordant atau selaras dengan lapisan batuan di sekitarnya, karena ketika memasuki lapisan tersebut mengalir secara perlahan-lahan lewat retakan-retakan lapisan batuan. Secara umum lakolit dapat ditemukan di bawah suatu bentuk lahan dome (bentuk kubah).

Ukurannya relatif kecil bila dibandingkan dengan batolit. Batolit banyak dijumpai di bagian dalam dan posisinya discordant dengan lapisan di sekitarnya. Ukurannya sangat besar, sehingga dasarnya sulit diketahui lagi. Permukaan Batolit yang tersingkap (outcrop) minimal 100 km2, pada umumnya bertekstur granitis.

Batuan korok atau gang, terbentuk di antara batuan dalam dan batuan leleran dalam korok-korok atau gang-gang. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan korok yang disebut juga batuan hypoabisik. Itulah sebabnya batuan ini terdiri atas kristal besar, kristal kecil, dan bahkan ada yang tidak mengkristal, misalnya bahan amorf. Contohnya: granit fosfir.

Batuan beku luar, yaitu batuan beku yang terjadi di atas permukaan atau kulit bumi. Proses terjadinya diawali dari magma yang keluar sampai ke permukaan bumi, kemudian terpengaruh oleh berbagai faktor yang ada di permukaan bumi, misalnya temperatur udara, air dan angin. sehingga temperatur dari magma tersebut akan turun cepat sekali, maka ketika magma tersebut membeku hanya terbentuk kristal-kristal kecil, dan sebagian ada yang sama sekali tidak mempunyai kristal (amorf). Contoh batuan beku luar yang terdiri dari kristal-kristal kecil misalnya andesit danriolit, sedangkan contoh yang tak mempunyai kristal atau amorf, misalnya batu apung dan batu kaca.

Ciri-ciri batuan beku luar (vulkanik), antara lain sebagai berikut:
a) Pada umumnya mempunyai butir kristal yang halus, bahkan amorf.
b) Sebagian memperlihatkan struktur visikular artinya sebagian dari batuan beku luar memperlihatkan adanya lubang-lubang bekas materi gas yang terperangkap.
c) Kristal mineral batuannya menunjukan tekstur aphanitis (kristal yang halus dan amorf).

Untuk membedakan batuan beku dengan batuan lainnya terdapat tiga ciri utama, yaitu:
a) tidak mungkin mengandung fosil;
b) teksturnya padat, mampat serta strukturnya homogen dengan bidang permukaan ke semua arah sama;
c) susunan sesuai dengan pembentukannya.

Beberapa jenis batuan beku penting yang banyak terdapat di alam adalah sebagai berikut :

a) Granit
Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang,
mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah jambu atau merah. Warna ini disebabkan
oleh variasi warna dari mineral feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap
di permukaan bumi karena adanya erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak
terdapat di alam.

Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), dan
lain-lain. Granit dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan, pondasi, galangan kapal, dan
bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

b) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan, Sumatera.

c) Diorit
Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara. Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

d) Andesit
Andesit adalah batuan leleran dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.

e) Gabro
Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam, sehingga baik untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.

f) Basal
Basal adalah batuan leleran dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam.
Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan batuan basal dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Basal yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel. Basal umumnya berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.

g) Batukaca (obsidian)
Batukaca adalah batuan yang tidak mempunyai susunan dan bangun kristal (metamorf). Batukaca terbentuk dari lava yang membeku tiba-tiba, dan banyak terdapat di sekitar gunungapi. Pada umumnya berwarna coklat, kelabu, kehitaman atau tidak berwarna (putih seperti kaca).
Batukaca yang dihancurkan dengan ukuran kecil dan dicampur dengan semen, dapat dibuat granit buatan. Di zaman purba, batuan ini banyak digunakan untuk membuat mata lembing, mata panah, dan lain-lain.

h) Batuapung
Batuapung dibentuk dari cairan lava yang banyak mengandung gas. Dengan keluarnya gas dari cairan lava akan menimbulkan lubang-lubang atau gelembung-gelembung pada lava yang telah membeku. Lubang-lubang ini berbentuk bola, ellips, silinder atau tak teratur bentuknya. Dengan adanya lubang-lubang ini membuat batuapung jadi ringan. Di Indonesia batuapung yang terkenal dihasilkan oleh Gunung Krakatau. Demikian juga batuapung dapat dibuat dengan cara memanaskan batuan obsidian hingga gasnya keluar.

i) Konglomerat
Konglomerat adalah batuan sedimen yang tersusun dari bahan-bahan dengan ukuran berbeda dan bentuk membulat yang direkat menjadi batuan padat. Bentuk fragmen yang membulat akibat adanya aktivitas air, umumnya terdiri atas mineral atau batuan yang mempunyai ketahanan dan diangkut jauh dari sumbernya.
Di antara fragmen-fragmen konglomerat diisi oleh sedimen-sedimen halus sebagai perekat yang umumnya terdiri atas Oksida Besi, Silika, dan Kalsit. Fragmen-fragmen konglomerat dapat terdiri atas satu jenis mineral atau batuan atau beraneka macam campuran. Seperti halnya breksi, sifatnya yang heterogen menjadikan berwarna-warni. Konglomerat umumnya diendapkan pada air dangkal.

2) Batuan sedimen

Batuan sedimen (batuan endapan) adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. Sekitar 80% permukaan benua tertutup oleh batuan sedimen. Materi hasil erosi terdiri atas berbagai jenis partikel, yaitu ada yang halus, kasar, berat, dan ada juga yang ringan. Cara pengangkutannya pun bermacam-macam seperti terdorong (traction), terbawa secara melompat-lompat (saltation), terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (salution).

Klasifikasi batuan endapan bergantung pada kriteria yang dipakai.
Berdasarkan proses pengendapannya, batuan sedimen dapat dibedakan atas:

a) Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik, adalah sedimen yang susunan kimianya sama dengan susunan kimia batuan asal. Artinya, batuan itu ketika diangkut hanya mengalami penghancuran secara mekanik dari besar menjadi kecil. Batu gunung yang membukit itu akibat pelapukan, hancur berkepingkeping.
Kepingan itu diangkut air hujan, longsor atau berguling-guling di lereng dan masuk ke sungai. Arus sungai membanting-banting batu itu sehingga menjadi kerikil, pasir, dan lumpur yang kemudian
mengendapkannya di tempat baru. Ada juga yang disebut batuan sedimen non klastik dibedakan atas dasar komposisinya. Sedimen non klastik yang utama adalah batu gamping dan dolomit. Batuan non klasik sebagai hasil evaporit (menguap) antara lain batu garam, denhidrit dan gipsum sedangkan dari unsur organik ialah batubara.

b) Batuan sedimen kimiawi
Jika dalam pengendapan itu terjadi proses kimia, seperti pelarutan, penguapan, oksidasi, dehidrasi, dan sebagainya, hasilnya dinamakan batuan sedimen kimiawi, contohnya hujan di gunung kapur. Air hujan yang mengandung CO2meresap ke dalam retakan halus (diaklas) pada batu gamping (CaCO3).
Air itu melarutkan gamping yang dilaluinya menjadi larutan air kapur atau Ca(HCO3)2. Aliran larutan kapur itu akhirnya sampai ke atap gua kapur. Tetesan air kapur itu membentuk stalaktit di atap gua dan stalagmit di dasar gua. Terjadinya stalaktit dan stalagmit akibat pelarutan dan penguapan H20 dan CO2 pada waktu air kapur menetes. Kedua bentukan sedimen kapur tersebut disebut batuan sedimen kimiawi.

c) Batuan sedimen organik
Batuan sedimen organik, terjadi karena selama proses pengendapannya mendapat bantuan dari organisme, yaitu sisa, rumah atau bangkai binatang laut yang tertimbun di dasar laut seperti kerang, terumbu karang, tulang belulang, kotoran burung guano yang menggunung di Peru, lapisan humus di hutan, dan sebagainya.

Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu sebagai berikut:

a) Batuan sedimen aerik atau aeolis, pengangkutannya oleh angin. Contoh: tanah los, tanah tuf, dan tanah pasir di gurun.
b) Batuan sedimen glasial, pengangkutannya oleh es. Contohnya: moraine.
c) Batuan sedimen aquatik, pengangkutannya dibantu oleh air yang mengalir.
d) Batuan sedimen marin, pengangkutannya oleh tenaga air laut.

3) Batuan malihan (Metamorf)

Batuan malihan adalah batuan hasil ubahan dari batuan asal (batuan beku, batuan endapan, dan batuan malihan) akibat proses metamorfosis. Proses metamorfosis, yaitu suatu proses yang dialami batuan asal akibat adanya tekanan atau temperatur yang meningkat atau tekanan dan temperatur yang sama-sama meningkat.

Ada tiga jenis batuan malihan, yaitu sebagai berikut:

a) Metamorfik termik (kontak), terbentuk karena adanya kenaikan suhu yang berarti, seperti batu pualam atau marmer.
b) Metamorfik dinamik (sintektonik), pembentukan batuan yang disebabkan oleh penambahan tekanan tinggi, biasanya akibat gaya tektonik. Jenis metamorfisa ini banyak dijumpai pada daerah-daerah patahan dan lipatan yang luas di dunia. Misalnya, batu sabak dan batubara.
c) Metamorfik termik pneumatolitik, pembentukan batuan akibat adanya penambahan suhu disertai masuknya zat bagian magma ke dalam batuan itu. Misalnya, azurit mineral (pembawa tembaga), topas, dan turmalin (batu permata)

Mineral
Mineral adalah sebagian besar zat-zat hablur (kristal) yang ada dalam kerak bumi dan bersifat homogon, baik fisik maupun kimiawi. Sebagian besar mineral terdapat dalam bentuk padat, akan tetapi ada juga mineral yang berbentuk cair atau gas. Setiap jenis mineral menunjukkan sikap yang berbeda-beda terhadap gaya pelapukan dari luar. Ada mineral yang mudah lapuk, tetapi ada juga mineral yang sukar terlapukkan.
Mineral akan dengan mudah diidentifikasi dengan memerhatikan beberapa sifat fisiknya yaitu warna, kilap, bentuk, kekerasan, belahan, dan berat jenisnya.

2. Bentuk-bentuk muka bumi

Bentuk permukaan bumi bersifat dinamis artinya dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan perubahan. Secara umum bentuk permukaan bumi tidaklah rata, dengan pengertian lain terdapat bentuk permukaan yang tinggi/terjal ada pula yang rendah/landai. Tinggi rendahnya permukaan bumi disebut relief. Ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk muka bumi disebut geomorfologi.

Perubahan bentuk muka bumi secara alami dipengaruhi oleh tenaga alami yaitu tenaga endogen dan eksogen.

Tenaga endogen: vulkanisme (aktivitas gunung api), tektonisme (aktivitas gerakan lapisan bumi), dan gempa.
Tenaga eksogen: kekuatan angin, air, dan gletser.

a. Bentuk muka bumi akibat tenaga endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi.

1) Tektonisme

Tektonisme adalah tenaga dari dalam bumi yang mengakibatkan perubahan letak (dislokasi) atau perubahan bentuk (deformasi) kulit bumi. Sebagaimana kita ketahui bahwa permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan yang disebut kulit bumi atau litosfer. Kulit bumi mempunyai ketebalan relatif sangat tipis, sehingga mudah pecah-pecah menjadi potongan-potongan kulit bumi yang tak beraturan yang disebut lempeng tektonik. Lempeng-lempeng tektonik ini terus bergerak, baik secara horizontal maupun vertikal karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya (astenosfer).

Berdasarkan luas dan waktu terjadinya, gerakan lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.

Gerak epirogenetik, adalah gerak atau pergeseran lapisan kerak bumi yang relatif lambat dan berlangsung dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah yang luas.
Contoh: penenggelaman benua Gondwana menjadi Sesar Hindia.

Gerak epirogentik dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1) Epirogentik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga kelihatannya permukaan air laut yang naik. Contoh: Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dari pulau-pulau barat daya sampai ke pulau Banda).

2) Epirogentik negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga kelihatannya permukaan air yang turun. Contoh: naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.


Gerak orogenetik, ialah proses pembentukan pegunungan. Proses orogenesis meliputi luas areal yang relatif sempit dan dalam waktu yang relatif singkat, dibandingkan epirogenesis.
Contoh: pembentukan pegunungan-pegunungan yang ada di bumi ini, seperti Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania, dan sebagainya.

Gerak orogenetik menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di kulit bumi, yang mengakibatkan terjadinya dislokasi atau berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi. Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan.

Proses lipatan (Folded process), yaitu suatu bentuk kulit bumi berbentuk lipatan (gelombang) yang terjadi karena adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dari dua arah berlawanan, sehingga lapisan-lapisan batuan di sekitarnya terlipat dan membentuk puncak lipatan (antiklin) serta lembah lipatan (sinklin). Fenomena ini dapat kamu saksikan apabila melewati jalan yang menerobos dua bukit, maka nampak pada sisi kiri kanan jalan singkapan kerak bumi berupa lapisan bergelombang, ada bagian yang naik dan ada pula yang turun. Itulah salah satu gejala lipatan.


Apabila terbentuk beberapa puncak lipatan disebut antiklinorium dan beberapa lembah lipatan disebut sinklinorium. Macam-macam lipatan yang dikenal yaitu lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan rebah, lipatan lsoklin, dan lipatan kelopak. Contoh pegunungan lipatan ini adalah :

Pegunungan tua, seperti pegunungan Ural yang terjadi pada zaman primer.
Pegunungan muda, seperti pegunungan Mediteranian dan sirkum Pasifik yang terjadi pada zaman tersier.



Bentuk atau morfologi hasil tenaga tektonisme lainnya adalah patahan atau sesar. Bentuk alam ini terjadi karena adanya proses pematahan (fault process) pada lapisan kulit bumi. Prosesnya terjadi sangat cepat, sehingga lapisan-lapisan yang terkena tekanan tidak sempat lagi melipat, melainkan timbul retakan dan patah.

Bentuk patahan dapat dibedakan berdasarkan arah dan kekuatan tenaga tekanan, sebagai berikut :
1) Adanya tenaga endogen yang arahnya mendatar dan saling menjauh satu sama lain, sehingga pada bongkah batuan terjadi retakan-retakan dan akhirnya patah membentuk bagian yang merosot (graben atau slenk) dan bagian yang menonjol (horst);
2) Adanya tenaga endogen yang berarah vertikal;
3) Adanya dua buah tenaga endogen mendatar yang berlawanan arah, sehingga menimbulkan pergeseran batuan, yang disebut sesar mendatar.





                                                                           
Alur akibat pecahnya batuan pada proses patahan disebut alur patahan.

Salah satu relief geologis yang paling terkenal di dunia adalah Patahan San Andreas yang membelah Pantai Pasifik di California, Amerika Serikat. Panjang patahan horizontal ini adalah 1.200 km. Patahan ini membentuk sebagian dari batas antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Kedua lempeng ini secara terus menerus bergeser ke arah berlawanan dengan jarak sekitar lima sentimeter setahun. Banyak alur patahan yang lebih kecil membelah wilayah ini dan sebagiannya berhubungan dengan San Andreas. Daerah ini adalah salah satu wilayah gempa berkekuatan besar di dunia. Lebih dari 20.000 gempa tercatat setiap tahun.

Patahan San Andreas terlihat jelas dari udara. Patahan ini seperti goresan luka yang dalam di permukaan bumi. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kedua ujung retakan yang terletak di Tanjung Mendocino di utara San Francisco dan Lembah Imperial di Selatan Los Angeles, adalah tempat yang paling berbahaya.

2) Vulkanisme

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan gunungapi, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfera yang menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Di dalam litosfer, magma menempati suatu kantong yang dinamakan dapur magma (Batholit). Kedalaman dan besar dapur magma itu sangat bervariasi. Ada dapur magma yang letaknya sangat dalam dan ada pula yang dekat dengan permukaan bumi.

Perbedaan letak ini merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan yang terjadi. Pada umumnya, dapur magma yang dalam menimbulkan letusan yang lebih kuat daripada yang letaknya dangkal.
Magma dapat diartikan sebagai bahan-bahan silikat pijar yang terdiri atas bahan padat (batuan), cairan, dan gas yang berada di dalam lapisan kulit bumi (litosfer).

Berbagai macam gas yang terkandung dalam magma antara lain uap air, Oksida Belerang (SO2), Gas Hidrokarbon atauAsam Klorida (HCL), Gas Hidrosulfat atau Asam Sulfat (H2SO4).

Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya.
Ada dua bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan vulkanisme, yaitu intrusi dan ekstrusi magma.

a) Intrusi magma

Intrusi magma yaitu terobosan magma ke dalam lapisan-lapisan litosfera, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

(1) Bathalit, yaitu dapur magma.
(2) Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma yang menyusup di antara dua lapisan batuan, mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut.
(3) Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
(4) Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
(5) Diaterma adalah lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunungapi yang bentuknya seperti silinder memanjang.



Bentukan hasil intrusi magma merupakan sumber mineral yang mempunyai arti penting secara ekonomi. Sebab di daerah intrusi itu seringkali didapati berbagai mineral seperti intan, tembaga, besi, emas, perak dan mineral logam serta non logam lainnya.

b) Ekstrusi magma

Ekstrusi magma, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi sampai kepermukaan bumi. Materi hasil ekstrusi magma dapat berupa:

(1) Lava, yaitu magma yang keluar sampai ke permukaan bumi dan mengalir ke permukaan bumi.
(2) Lahar, yaitu material campuran antara lava dengan materi-materi yang ada di permukaan bumi berupa pasir, kerikil, debu, dan lain-lain dengan air sehingga membentuk lumpur.
(3) Eflata dan piroklastika yaitu material padat berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik.
(4) Ekhalasi (gas) yaitu material berupa gas asam arang seperti fumarola (sumber uap air dan zat lemas), solfatar (sumber gas belereng), dan mofel (gas asam arang).

Ekstrusi identik dengan erupsi atau letusan gunungapi yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan eksplosif.

(1) Erupsi efusif, yaitu erupsi berupa lelehan lava melalui retakan atau rekahan atau lubang kawah suatu gunungapi
(2) Erupsi eksplosif, yaitu erupsi berupa ledakan dengan mengeluarkan bahan-bahan pada (Eflata / Piroklastika) berupa bom, lapili, kerikil, dan debu vulkanik bersama-sama dengan gas dan fluida.

Berdasarkan tempat keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

(1) Erupsi linear, yaitu peristiwa keluarnya magma melalui celah atau retakan yang memanjang, sehingga membentuk deretan gunungapi.

(2) Erupsi areal, yaitu letusan yang terjadi jika letak magma dekat dengan permukaan bumi, kemudian magma membakar dan melelehkan lapisan batuan yang berada di atasnya sehingga membentuk lubang yang besar di permukaan bumi.

(3) Erupsi sentral, jika letusan yang terjadi keluar melalui sebuah lubang yang membentuk gunung api yang terpisah-pisah. Erupsi sentral menghasilkan tiga bentuk gunung api, yaitu sebagai berikut :

(a) Gunung api perisai (Shield Volcanoes), yaitu sebuah gunung api yang beralas luas dan berlereng landai, merupakan hasil erupsi efusif magma yang cair. Contohnya, gunungapi yang tersebar di kepulauan Hawaii












(b) Gunung api maar, merupakan hasil erupsi eksplosif yang tidak terlalu kuat dan hanya sekali saja. Contohnya, Gunung Lamongan Jawa Timur dengan kawahnya Klakah.















(c) Gunung api strato atau kerucut, merupakan hasil campuran, efusif dan eksplosif yang berulang kali. Gunung api ini berbentuk kerucut dan badannya berlapis-lapis. Akibat erupsi yang berpindah-pindah pusatnya, menyebabkan di sana sini terbentuk kerucut-kerucut gunung api, sehingga bentuk gunung api tersebut tidak teratur. Sebagian besar gunungapi di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku termasuk gunung api kerucut. Misalnya Gunung Kerinci, Merapi, Ciremai, Semeru, Batur, Tangkuban Perahu, dan Gunung Fujiyama di Jepang.














(d) Erupsi freatik, yaitu letusan yang berasal dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air.

Pada umumnya bentuk gunung api di Indonesia adalah strato (kerucut). Gunung api yang pernah meletus, umumnya berpuncak datar. Oleh karena itu, di Indonesia sering terjadi peristiwa gunung meletus. Magma yang keluar ke permukaan bumi dapat berupa padat, cair, dan gas.

Material yang dikeluarkan oleh gunung api tersebut, antara lain:
(1) Eflata (material padat) berupa lapili, kerikil, pasir, dan debu. Lava dan lahar berupa material cair.
(2) Ekshalasi (gas) berupa nitrogen belerang dan gas asam.

Tipe letusan gunungapi ditentukan berdasarkan kedalaman dapur magma, volume dapur magma, dan kekentalan (Viscositas) magma. Viscositas magma bergantung pada susunan dan tingginya suhu. Semakin tinggi suhunya maka semakin besar viscositasnya.

Menurut tipe letusannya, gunung api dapat dibedakan seperti yang dijelaskan berikut ini :

(1) Tipe Hawaii
Tipe ini mempunyai ciri, yaitu lava cair yang mengalir keluar (letusan air mancur). Contoh, Gunung Mauna Loa di Kepulauan Hawaii.

(2) Tipe Stromboli
Tipe stromboli mempunyai ciri-ciri yaitu seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus-menerus, dan banyak mengeluarkan efflata. Contoh, Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa, dan Gunung Batur di Bali.

(3) Tipe Vulkano
Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu cairan magma yang kental dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya. Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur.

(4) Tipe Perret
Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret yang letusannya paling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. Karena letusannya sangat hebat, menyebabkan puncak gunung menjadi tenggelam dan merosotnya dinding kawah, kemudian membentuk sebuah kaldera.

(5) Tipe Merapi
Lava kental yang mengalir keluar perlahan-lahan dan membentuk sumbat kawah adalah ciri-ciri tipe Merapi. Karena tekanan gas dari dalam semakin kuat, maka kawah tersebut terangkat dan bagian luarnya pecah-pecah disertai awan panas yang membahayakan penduduk.

(6) Tipe St. Vincent
Tipe letusan ini merupakan tipe letusan dengan lava yang kental, tekanan gas sedang, dan dapur magma yang dangkal. Contohnya, Gunung Kelud dan St. Vincent.

(7) Tipe Pelle
Tipe letusan yang dicirikan dengan lava kental, tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang dalam. Contohnya, Gunung Montagne Pelee di Amerika Tengah.

Tanda-tanda suatu gunung api yang akan meletus:

a) Suhu di sekitar gunung naik
b) Mata air menjadi kering
c) Sering mengeluarkan suara gemuruh dan kadang-kadang disertai getaran (gempa)
d) Tumbuhan di sekitar gunung menjadi layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Tanda-tanda tersebut di atas, menandakan intrusi magma yang terus mendesak ke permukaan, apabila desakan ini cukup kuat, maka yang terjadi adalah letusan gunungapi. Setelah terjadi letusan gunung itu mengalami istirahat, tetapi aktifitas gunung tersebut masih berlangsung, sehingga suatu saat dapat mengeluarkan suatu tanda-tanda aktif kembali.

Peristiwa vulkanik yang terdapat pada gunung api setelah meletus (postvulkanik) antara lain terdapatnya sumber gas H2S, H2O, dan CO2 sumber air panas atau geyser.

Fenomena bentuk permukaan bumi tidak hanya terjadi selama proses vulkanisme, tetapi memperlihatkan juga bentukan lain dari pasca vulkanik atau post vulkanik, yaitu fase (massa) pada sebuah gunung berapi tidak memperlihatkan gejala-gejala keaktifannya.
Tanda-tanda gejala pasca vulkanik antara lain sebagai berikut:
1. Terdapat sumber air panas
2. Terdapat geyser (semburan air panas yang keluar secara berkala dari celah-celah batuan)
3. Terdapat ekshalasi (sumber gas) :  -fumarola (sumber uap air dan zat lemas)
                                                        -solfatar (sumber gas belereng)
                                                        -mofel (sumber gas asam arang)

Manfaat Gunung Berapi:
1. Sebagai sumber energi
2. Sebagai sumber mineral dan bahan galian
3. Sebagai obyek wisata dan olahraga
4. Sebagai daerah pertanian yang subur
5. Sebagai daerah hujan orografis (hujan yang terjadi karena adanya penghalang berupa gunung atau pegunungan, sehingga daerah gunung berapi merupakan tempat yang berfungsi hidrologis bagi daerah sekitarnya.)
6. Sebagai sumber plasma nutfah
7. Sebagai sanatorium

3) Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa disebut seismologi, sedangkan ilmuwan yang mengkhususkan diri untuk mempelajari gempa disebut seismolog.

Alat yang digunakan untuk mengukur dan mencatat kekuatan getaran gempa disebut seismograf atau seismometer. Jadi, dengan alat ini akan diketahui besarnya kekuatan getaran gempa dan lamanya gempa.

Para pakar seismologi telah mengembangkan tata cara penggunaan informasi tentang gempa bumi. Permukaan bumi terbentuk dari lapisan batuan paling luar yang disebut kerak bumi. Kerak bumi yang pecah membentuk potongan-potongan besar yang saling berpasangan. Potongan-potongan ini disebut lempeng. Lempeng ini bergerak perlahan dengan saling bergesekan, menekan, dan mendesak bebatuan. Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, maka bebatuan bawah tanah akan pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan gempa bumi.

Beberapa gempa terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi (tumbukan antara dua lempeng, dengan salah satu lempeng kerak terdorong ke bawah lempeng yang lain). Biasanya, lempeng samudera di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudera yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng di atasnya dapat melelehkan kedua bagian lempeng tersebut. Akibat tumbukan ini dapat menghasilkan gunungapi dan menyebabkan gempa bumi.

Agar bisa membaca peta informasi gempa, kita harus mengenal beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam peta gempa, yaitu sebagai berikut:

a) Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam.
b) Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum.
c) Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dengan episentrum.
d) Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya.
e) Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
f) Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.

A) Klasifikasi gempa

Gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya, kedalaman hiposentrum, jarak episentral, dan letak pusat gempa.

(1) Berdasarkan faktor penyebabnya

(a) Gempa bumi runtuhan (Fall Earthquake)

Gempa ini terjadi akibat runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getaran tidak begitu besar atau tidak terasa.

(b) Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake)

Gempa ini terjadi akibat aktivitas gunung api. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului erupsi gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas.

(c) Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake)

Gempa ini terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan tua terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan meliputi daerah yang sangat luas.

(2) Berdasarkan bentuk episentrum

(a) Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis.

Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan.

(b) Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi.

(3) Berdasarkan kedalaman hiposentrum

(a) Gempa dangkal, memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi.

(b) Gempa menengah, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi.

(c) Gempa dalam, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300-700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam 700 km.

(4) Berdasarkan jarak episentrum

(a) Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km.

(b) Gempa jauh, berjarak 10.000 km.

(c) Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km.

(5) Berdasarkan letak pusat gempa

(a) Gempa laut, terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut.

Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut.

(b) Gempa darat, terjadi jika episentrumnya berada di daratan

B) Gelombang gempa

Titik di bawah tanah, tepat di tempat bebatuan berguncang dan menyebabkan gempa bumi disebut pusat atau hiposentrum. Mungkin, titik ini berada ratusan kilometer di bawah tanah. Gerakan bebatuan menyebabkan getaran yang disebut gelombang seismik.

Tiga macam gelombang gempa,yaitu sebagai berikut:

(1) Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 - 14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik.

(2) Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik.

(3) Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari episentrum menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km per detik dan periode gelombang relatif lama.

Di permukaan, juga ada dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang rayleigh merupakan gelombang yang bergerak turun naik dan gelombang love merupakan gelombang yang mendorong bebatuan dari satu sisi ke sisi yang lain sambil menjalar. Gelombang permukaan lebih lambat dibandingkan dengan gelombang utama, tetapi kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih dahsyat.

Kedahsyatan itu disebabkan lamanya rambatan gelombang ini. Cara menentukan letak pusat terjadinya gempa di permukaan bumi atau letak episentrum dapat dilakukan dengan menggunakan metoda homoseista, yaitu suatu metoda penentuan letak episentrum dengan melakukan pencatatan waktu datangnya gelombang gempa yang pertama (gelombang primer) pada waktu yang bersamaan dari minimal tiga tempat yang berbeda.
Contohnya :
Stasiun pencatat gempa di Kota Bogor, Cianjur dan Sukabumi mencatat gelombang gempa yang pertama pada pukul 10.30. Hal itu berarti ketiga tempat tersebut berada pada satu homoseista.

Titik perpotongan dua garis tegak lurus itulah episentrum gempa.

Cara mengukur jarak episentral ( jarak stasion ke episentrum ) dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Laska:

A = { ( S - P ) - 1'} x 1000 km
Keterangan:
A = jarak episentral
S = waktu terjadi gelombang skunder / kedua
P = waktu terjadi gelombang primer / pertama
1' = 1 menit = 60 detik

Jarak Episentral = [ (Gelombang Skuder - Gelombang Primer) - 1' ] x 1000 km

Contoh:
Stasiun gempa mencatat datangnya gelombang primer pada pukul 12 . 15' . 45 '' dan gelombang skunder pada pukul 12 . 19' . 15 '' . Berapakah jarak episentral gempa tersebut dari stasiun pengamatan gempa?
Diketahui:
S = gelombang skunder = pukul 12 . 19' . 15 ''
P = gelombang primer = pukul 12 . 15' . 45 ''
Ditanya :
A = jarak episentral gempa?

Dijawab:
A = [ (S-P) - 1'] x 1000 km
Cari terlebih dahulu selisih waktu antara gelombang skunder dengan gelombang primer yaitu:
Gelombang Skunder = 12 . 19' . 15 '' 12 . 18' . 75''
Gelombang Primer - = 12 . 15' . 45 '' - 12 . 15' . 45''

3' . 30 ''

Selisih waktu = 3' . 30 ''
1' - dikurangi 1' dari Rumus Laska

Selisih waktu = 2' . 30 ''

Perhitungan di atas menggunakan perhitungan waktu dimana 1' (1menit) = 60'' (60 detik). Detik pada gelombang skunder 15'' tidak dapat langsung dikurangi detik pada gelombang primer yaitu 45'' , maka dapat memindahkan menit gelombang skunder untuk dijumlah pada detik-nya dimana 1 ' = 60 '' Jadi detik pada gelombang skunder menjadi 15 '' + 60 '' = 75 '' dan menitnya berkurang 1 ' menit dari 19 ' menjadi 18 ' .

2 ' x ( 30"/60" + 1000 km ) 60" sudah ketentuan rumus

2 x ( 1/2 + 1000 km )

( 2 x 1000 km ) + ( 1/2 x 1000 km )

2000 km + 500 km

2500 km

Jadi jarak episentral gempa dari stasiun pengamatan adalah 2.500 km
Letak hiposentrum (kedalaman gempa) dapat ditentukan dengan mencatat secara sistematik deviasi waktu datangnya gelombang primer dan gelombang panjang. Makin besar deviasinya maka makin dalam hiposentrumnya. Daerah di permukaan bumi yang paling parah menderita goncangan gempa adalah daerah yang berdekatan dengan episentrum.

Model pengukuran pertama ditemukan oleh seorang Italia bernama Guiseppe Mercalli tahun 1902. Skala pengukuran yang biasa digunakan adalah Skala Ritcher yang menggunakan hasil pengukuran seismograf untuk membandingkan kekuatan dan luasnya gempa yang terjadi.

Seismograf modern menggambarkan gerakan tanah pada kertas yang ditempelkan pada silinder yang berputar. Hasil yang berupa garis bergelombang pada grafik membentuk seismogram yang dapat dicetak atau ditempilkan pada layar komputer. Semakin besar gempa bumi yang terjadi, gerakan tanahnya juga semakin kuat, dan puncak yang tergambar pada seismogram juga semakin tinggi.

Seismograf dibagi menjadi dua macam:

(1) Seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat gempa bumi dengan arah mendatar. Seismograf tersebut terdiri atas sebuah massa stasioner yang digantung dengan tali panjang pada sebuah tiang yang tinggi. Pada massa stasioner tersebut, dipasang jarum yang ujungnya disentuhkan pada permukaan silinder dan diputar seperti jarum jam. Tiang penopang dipancangkan di tanah. Pada waktu gempa, silinder bersama bumi bergetar, sedangkan masa stasioner tidak terpengaruh oleh getaran ini, sehingga terbentuklah goresan pada silinder.

(2) Seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat gelombang berarah vertikal. Massa stasioner pada seismograf ditahan oleh sebuah tangkai yang dipasang pada sebuah tiang dengan engsel. Tangkai tersebut bersamaan dengan massa stasioner ditahan oleh sebuah pegas untuk mengimbangi gravitasi bumi. Ujung massa stasioner yang berjarum disentuhkan pada silinder yang dipasang vertikal.

C) Intensitas kekuatan gempa

Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa, maka kita menggunakan skala intensitas gempa. Skala yang biasa digunakan adalah Richter Magnitude Scale dan Modified Mercalli Intensity. Richter mendasarkan skalanya pada magnitudo dengan menggunakan angka 1 sampai 9. Jadi semakin besar angka, semakin besar magnitudonya.



Karena Jepang memiliki derajat gempa yang kuat, skala yang disusun oleh Omori dimulai dengan derajat kerusakan yang cukup kuat dan berakhir dengan skala VII.

                                                                       Tabel Skala Omori
Selain kedua intensitas kekuatan gempa menurut dua ahli di atas, juga terdapat ahli gempa lainnya, yaitu Marcelli, beliau mendasarkan skala intensitas gempa yang ditaksirkan berdasarkan efek geologis dan pengaruhnya terhadap bangunan-bangunan yang dibuat manusia.
D) Proses terjadinya tsunami

Tsunami adalah gelombang laut tinggi yang muncul akibat pengaruh terjadinya gempa yang bersumber di bawah laut. Jika bagian dasar laut naik atau turun, secara mendadak maka air di atasnya akan mengalami guncangan yang berupa gelombang-gelombang hebat yang dipancarkan ke seluruh arah, sehingga terjadilah tsunami.

b. Bentuk muka bumi akibat tenaga eksogen

Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar perut bumi.

1) Pelapukan

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.

4 macam faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan:

a) Keadaan Struktur Batuan
Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan.
b) Keadaan Topografi
Topografi muka bumi ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan.
c) Cuaca dan Iklim
Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain.
d) Keadaan Vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan.

Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi 3 jenis:

a) Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik (fisis), yaitu proses atau peristiwa hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil. 

Yang menyebabkan pelapukan mekanik yaitu:
-Akibat perbedaan temperatur
-Akibat erosi di daerah pegunungan
-Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan
-Akibat perubahan air garam menjadi kristal

b) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan disertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam proses pelapukan kimiawi disebut Dekomposisi.

4 Proses yang termasuk pada pelapukan kimia yaitu:
-Hidrasi (Proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja)
-Hidrolisa (Proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif dan negatif)
-Oksidasi (Proses pengkaratan besi)
-Karbonasi (Pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2))

4 Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst, yaitu:
-Dolina (Lubang-lubang yang berbentuk corong)
-Gua dan sungai di bawah tanah (Didalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas)
-Stalaktit (kerucut kapur berbentuk tumpul yang menempel bergantungan pada atap gua kapur. Stalagmit adalah kerucut kapur berbentuk tumpul yang menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa)

c) Pelapukan Organik (biologis)
Pelapukan organik adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Dapat bersifat kimiawi maupun mekanis. Subyek yang melakukannya berupa manusia, hewan, ataupun tumbuhan.

2) Pengikisan (Erosi)

Erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain dengan perantara suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi.
Ablasi adalah erosi oleh air yang mengalir.

a) Erosi Percik (Splash Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan kemudian diendapkan di tempat lain.
b) Erosi Lembar (Sheet Erosion), yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama dan merata dalam suatu permukaan tanah.
c) Erosi Alur (Rill Erosion), terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan sehingga di cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah secara biasa.
d) Erosi Parit (Gully Erosion), proses terjadinya sama halnya dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk telah dalam sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

Abrasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi
marine. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing
terjal), relung, dataran abrasi, sea steat, dan cuve.
Eksarasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi es, yaitu fyord(pantai yang berkelok-kelok), sharen, dan danau glacial.
Deflasi, yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Bentang alam yang diakibatkan oleh tenaga angin, yaitu mesa, masrhrum rock, insenbergh.

3) Pengendapan (Sedimentasi)

Sedimentasi adalah proses terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin, atau gletser kedalam suatu wilayah yang kemudian diendapkan.

a) Pengendapan oleh Air Sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air sungai, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.

(1) Meander
Merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan terjadi pengikisan,sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

Land Lost: Pengikisan
New Land: Pengendapan

(2) Oxbow lake
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai
terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.

(3) Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan
sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.

Syarat pembentukan delta:
1. Sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
2. Arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat.
3. Pantai harus dangkal.

(4) Tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar)
terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam.

b) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.

c) Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dunes).

d) Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U.

4) Pergerakan Batuan atau Tanah (Masswasting)

Masswasting (massmovement) adalah proses perpindahan massa batuan dan tanah dalam volume yang besar karena pengaruh gravitasi.
Berdasarkan materi dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

a) Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), adalah perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini hanya dapat diketahui dengan mengenali bangunan yang miring, seperti tiang listrik yang berdiri miring.
b) Rapid flowage, adalah perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat, karena dibantu oleh aliran air.
c) Landslide atau longsoran, yaitu perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat. Landslide terdiri atas:
(1) Rockslide, yaitu peristiwa longsoran berupa blok-blok batuan.
(2) Rock fall, yaitu peristiwa runtuhnya massa batuan berupa blok-blok batuan.
(3) Slump, yaitu peristiwa longsoran tanah yang gerakannya terputus-putus.

3. Degradasi Lahan dan Dampaknya

Perubahan lithosfer yang akan dibahas di sini adalah perubahan yang mengarah pada kerusakan di muka bumi yang dinamakan juga sebagai degradasi. Degradasi di sini artinya penurunan kualitas maupun perusakan lahan.

Dampak erosi tanah:
a. Hilangnya lapisan permukaan tanah yang subur, sehingga penjangkaran (pencengkraman) akar tanaman tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara juga ikut terhanyutkan. Akibatnya tanah tidak subur lagi dan berkembang menjadi tanah yang tandus.
b. Akibat selanjutnya adalah produksi pertanian menurun. Pengelolaan pertanian menjadi lebih mahal karena banyak pupuk yang harus dibeli dalam rangka mengembalikan produktivitasnya.
c. Jika biaya produksi pertanian menjadi tinggi, maka menjadikan kemiskinan bagi para petani.
d. Semakin berkurangnya alternatif pengusahaan lahan, sebab jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin terbatas.
e. Karena lahan garapannya sudah tidak subur, maka petani akan membuka hutan untuk dijadikan sebagai lahan garapan baru. Hal ini sangat berbahaya untuk terjadinya erosi kembali.
f. Hutan semakin gundul dan erosi terus terjadi, akibatnya sumber air tanah semakin berkurang karena infiltrasi air tidak terjadi lagi. Selanjutnya, air limpasan semakin banyak dan mengakibatkan bahaya banjir di bagian hilir.
g. Terjadi pendangkalan waduk, sungai, dan badan airnya. Tanah tidak mampu lagi menampung air yang masuk sehingga timbul bencana banjir di mana-mana.

a. Kerusakan lingkungan kota
Salah satu migrasi yang banyak terjadi adalah migrasi dari desa ke kota yang disebut urbanisasi. Proses urbanisasi itu umumnya makin kuat seiring dengan makin meningkatnya fasilitas suatu kota.
Kebiasaan buruk seperti membuang sampah sembarangan sering dilakukan oleh masyarakat kota. Padahal, di kota belum ada sistem daur ulang sampah, sedangkan pelayanan sanitasi di kota tidak bertambah, bahkan menurun. Penurunan fungsi sanitasi dan tidak tersedianya air minum yang bersih mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit kolera secara berkala. Bentuk kerusakan lingkungan kota yang lain adalah terjadinya banjir, kenaikan jumlah penduduk dan kurangnya kesadaran lingkungan. Hal ini mengakibatkan permukaan tanah yang kedap terhadap air bertambah, sehingga sedikit air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah. Di samping kerusakan sosial budaya, orang desa yang bermigrasi ke kota banyak yang mempunyai pendidikan rendah dan tidak terampil. Oleh sebab itu, mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.

b. Kerusakan lingkungan desa
Usaha untuk menaikkan daya dukung lingkungan dengan menambah luas lahan yang digunakan untuk pertanian merupakan reaksi terhadap lonjakan kepadatan penduduk. Reaksi tersebut merupakan akibat dari tekanan penduduk. Tekanan penduduk terhadap lahan semakin diperbesar oleh bertambah sempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk kepentingan lain, misalnya permukiman, jalan, dan pabrik. Kerusakan hutan membawa banyak akibat. Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah. Tetesan air hujan dengan energinya memukul permukaan tanah mengakibatkan mengelupasnya butir-butir tanah. Proses ini disebut erosi percikan (splash erosion).

0 comments:

Post a Comment

Labels

Followers

Blog Archive